Jakarta, 6 Mei 2018, telah berlangsung talk show seputar media yg mengangkat tema: Diskusi internet sehat & cerdas bersosial media. Acara yg diadakan di ruang auditorium Perpustakaan Nasional RI (lantai 2) ini dimoderatori oleh Ikhwan Nasution (Penggiat Literasi). Acara ini merupakan rangkaian acara Speak Up! (Festival Literasi dan Bahasa) yg diadakan sejak Jumat, 4 Mei kemarin. Pembicara yg diundang dalam acara tersebut adalah Matahari Timoer (penggiat internet sehat & literasi digital) dan Dr. Rino Boer (Dosen Komunikasi).
Talk Show: Diskusi Internet Sehat & Cerdas Bersosial Media |
Dalam acara ini diputar juga film dokumenter "Lentera Maya" yg merupakan jejak rekam penggunaan internet di Indonesia saat ini. Pasalnya penggunaan internet di Indonesia saat ini semakin meningkat seiring berkembangnya berbagai bidang di setiap lingkup kehidupan, termasuk politik. Kisruh politik di internet terutama media sosial semakin memasuki fase kegelapan. Hal tersebut membuat pengguna medsos tidak lagi merasa nyaman, karena peran medsos saat ini bukan hanya digunakan untuk bertukar kabar atau informasi, melainkan dijadikan media penyebar hujat kebencian, sampai pada aliran radikalisme.
Justru perekrutan aliran2 sesat dipermudah dengan adanya teknologi. Mulai dari Facebook, WhatsApp, Instagram, dsb digunakan sebagai media pemecah belah NKRI. Faktanya konsumen pun telah memasuki dalam wilayah emosi. Jika setiap informasi yg diterima di sharing tanpa saring dampaknya adalah saling serang antar ideologi. Konsumsi informasi pun dibatasi hanya untuk pembenaran pendapat dan bukan lagi untuk mencari kebenaran. Saran dari Rino Boer dalam sesi talk show kali ini, "Kalo main di media sosial, jangan Baper".
Anak2 dan generasi muda merupakan generasi yg masih haus akan informasi. Faktanya rata2 pengguna internet di Indonesia pun didominansi oleh kalangan muda, hal ini terbukti pada survei yg dilakukan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2017, dimana pengguna terbanyak (49,52%) merupakan usia 19-34 tahun. Oleh karena itu sebagai generasi yg menyandang predikat millineal maupun gen Y kita harus bisa menyaring segala bentuk informasi yg masuk.
Generasi Y (re: why?) jangan mau hanya jadi generasi yg ikut2an. Ikut2an si A karena dia artis, ikut2an si B karena dia sohib dari kecil, dan mungkin ikut2an si C karena dia keluarga. Generasi muda dituntut untuk menjadi pemikir yg kritis. Ketika ada suatu hal yg belum pasti kebenarannya ada baiknya di verifikasi terlebih dahulu. Sering-seringlah menggunakan filosofi Y "Why - Kenapa?" seperti yg memang menjadi julukan bagi kita. Walaupun pada dasarnya untuk meyakinkan apakah informasi tsb fakta atau bukan kita harus mengumpulkan informasi 5W+1H (what, when, where, who, why + how). Tapi setidaknya dengan mengandalkan kata Why? Kita sudah mau mencari tahu alias 'kepo' kenapa informasi tsb seperti itu? Selanjutnya, tinggal lengkapi seluruh bagian lainnya sehingga menjadi informasi yg valid.
Generasi muda harus bisa menjadi penyebar informasi baik alias bukan hoax. Jangan sampai sesuatu yg kita "anggap" benar (misinformation) justru membawa pada dampak negatif dikemudian hari. Dan lebih parahnya jangan sampai kita dengan sengaja / sadar ikut2an menjadi penyebar informasi palsu atau tidak benar kepada orang lain (disinformation).
Pasalnya saat ini pun sudah banyak tools yg dapat digunakan pengguna internet untuk mengecek kebenaran suatu informasi. Sekarang tinggal bagaimana kita memilih jalan sebagai generasi ikut2an atau generasi kritis yg menyebarkan informasi baik.
han, tulis tetang jugle survival versimu dong
ReplyDeletewah keren nih acaranya
ReplyDelete