Melanjutkan pendidikan hingga S2 bahkan S3 saya yakin merupakan impian dari banyak orang. Pun begitu dengan saya. Nah mungkin jika memiliki rezeki lebih bisa langsung mendaftarkan diri pada kampus yang diinginkan, tapi jika tidak, tentu masih banyak jalan menuju Roma. Yaps, salah satunya dengan beasiswa.
Bagi kebanyakan orang, pilihan melanjutkan studi melalui beasiswa menjadi pilihan pertama. Oleh karena itu tidak sedikit saingannya jika kita memutuskan ingin mendaftar beasiswa, banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum kita mendaftar.
Bagi kebanyakan orang, pilihan melanjutkan studi melalui beasiswa menjadi pilihan pertama. Oleh karena itu tidak sedikit saingannya jika kita memutuskan ingin mendaftar beasiswa, banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum kita mendaftar.
Bukan hanya dari Pemerintah Indonesia, saat ini, beasiswa sudah banyak berdatangan dari mana-mana, baik swasta, lembaga, hingga pemerintah dari negara di seluruh dunia. Nah untuk di dalam negeri sendiri yang familiar mungkin ada beasiswa BUMN, Pertamina, Karya Salemba Empat, Tanoto Foundation, Bidik Misi, hingga LPDP, dan masih banyak lagi yang lain.
Bentuk bantuan yang diberikan pun cukup beragam, ada yang memberikan batuan biaya pendidikan dan biaya hidup full hingga lulus, ada yang dari semester 1 hingga 4, ada yang hanya diberikan biaya hidup per bulan, atau bahkan ada juga beasiswa yang diberikan untuk melakukan penelitian skripsi, thesis, hingga disertasi.
Kali ini saya ingin mencoba membahas terkait beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Kebetulan 2 hari lalu saya datang ke acara LPDP Summit 2018 di Gedung Dhanapala, Jakarta, 7 Mei lalu. Walaupun inti acara tersebut adalah untuk penyambutan alumni yang telah selesai mengemban pendidikan baik di dalam maupun luar negeri, namun salah satu rangkaian acaranya terdapat “Konsultasi Serba-Serbi LPDP”.
Tahun ini, 2018, LPDP menyediakan 6 jenis beasiswa, yaitu ada beasiswa Reguler, Disertasi, Dokter Spesialis, Afirmasi (untuk daerah tertinggal, alumni bidikmisi berprestasi, individu berprestasi dari keluarga miskin/prasejahtera, prestasi olahraga;seni;kebudayaan;keagamaan, penyandan disabilitas, PNS/TNI/Polri, santri, prestasi olimpiade bidang sains;teknologi;keterampilan), Unggulan Dosen Indonesia, Program co-funding (baru ada tahun ini).
Nah untuk tahapan seleksi sendiri, tahun ini terdapat 2 kategori. Untuk kategori beasiswa regular, afirmasi daerah 3T, alumni bidikmisi berprestasi, individu berpretasi dari keluarga miskin/prasejahtera, serta prestasi olahraga, seni, kebudayaan, dan keagamaan, tahapannya :
a. Pendaftaran pada website LPDP
b. Seleksi administrasi
c. Seleksi berbasis komputer
d. Seleksi substansi
Sedangkan beasiswa lainnya ada 2 tahapan sebelum tahap diatas, yaitu pendaftaran dan seleksi atau pengusulan oleh Kementerian/Lembaga/Pemda.
Tahun ini masih sama seperti tahun lalu, terdapat 2 gelombang pendaftaran, yaitu gelombang I, untuk Dalam Negeri (deadline : 7 Mei – 8 Juni 2018), dan gelombang II untuk Luar Negeri (deadline : 2 Juli – 21 September 2018). Sedangkan untuk beasiswa Disertasi terbagi menjadi 2 periode, yaitu periode I (deadline : 7 Mei – 8 Juni 2018), dan periode II (deadline : 9 Juni – 21 September 2018). Buat kamu yang mau daftar sudah mempersiapkan semuanya belum? Mau ambil DN atau LN nih? Karena dalam 1 tahun kita hanya boleh mendaftar pada salah satu nya aja ya.
Jika dulu pendaftar yang sudah lolos hingga tahap substansi hanya mendapat 1 kali kesempatan lagi untuk mencoba, tahun ini, semua bisa mencoba sampai kapan pun ia mau, asal persyaratan lainnya memenuhi ya. Untuk lokasi seleksi berbasis komputer dan seleksi substansi, akan didakan di 18 provinsi di Indonesia, diantaranya di Kota Medan (Sumatera Utara), Yogyakarta, Surabaya (Jawa Timur), Jakarta, Denpasar (Bali), dll.
Tahun ini ditargetkan LPDP akan menerima 4000 orang penerima beasiswa LPDP, baik dalam maupun luar negeri. Untuk saya sendiri tertarik untuk mengikuti program beasiswa reguler Master ke luar negeri, sehingga pas kemarin kebetulan ada LPDP corner di acara LPDP Summit 2018 lalu, saya pun nanya hal-hal seputar beasiswa tersebut. Nah tapi kalo mau lebih kepo lagi apa aja sih persyaratannya kamu bisa langsung cek di link berikut ya https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/beasiswa-reguler/ .
Menurut Kak Deby dari bagian Customer Service dan Call Center, terdapat 2 poin penting ynag HARUS kamu persiapkan sebelum mendaftar LPDP, yaitu Bahasa dan Rencana Studi. Ibarat mau nyalain api, Bahasa itu merupakan bahan bakarnya, dan Rencana Studi itu merupakan oksigennya, sedangkan niat dan motivasi kita merupakan sumber api nya. Tanpa adanya ketiga hal tersebut, bahan bakar – oksigen – sumber api, maka nyala api pun ngga mungkin bisa muncul, kecuali ada suatu keajaiban ya.
Kenapa sih bahasa sangat penting? Ya karena ketika belajar di negeri orang, sudah pasti bahasa yang digunakan bukan bahasa Indonesia ya. Paling umum, ya bahasa inggris, yang merupakan bahasa internasional. Tapi ada juga beberapa negara yang menggunakan bahasa negaranya sendiri dalam kegiatan sehari-hari maupun kegiatan belajar mengajarnya. Seperti Arab, Perancis, Rusia, Spanyol, dan Cina/Mandarin.
Bisa dibayangkan ketika kita ngga ngerti apa yang disampaikan Dosen ketika di kelas? Atau mungkin kita tinggal di lingkungan yang semuanya berbahasa asing. Bukan hanya bingung, tapi kita juga bisa salah menangkap informasi yang disampaikan. Jadi bahasa itu bukan hanya penting untuk menangkap pelajaran, tapi juga untuk mempelajari budaya disana ya. Oleh karena itu, untuk program LN, LPDP juga sudah menetapkan batasan minimal nilai TOEFL IBT (80), TOEIC (800), IELTS (6.5), maupun TOAFL (550). Jika kurang dari itu, sudah pasti kita tidak memenuhi persyaratan.
Tapi syarat minimal yang diberikan LPDP bisa juga lebih rendah dari syarat nilai yang diminta oleh Universitas tujuan kita, sehingga penting nih buat tahu terlebih dahulu Universitas apa yang mau kita tuju nanti nya, dan lihat syarat nilai kemampuan bahasa asing yang diminta berada dinilai berapa. Untuk beasiswa Afirmasi, kita masih mendapat kesempatan dari LPDP untuk mengikuti Pengayaan Bahasa, namun tidak berlaku untuk yang Reguler. Jadi buat kita yang hanya bisa mendaftar melalui jalur Reguler, harus banget punya nilai yang dipersyaratkan oleh Universitas tujuan kita ya. Hayoo kamu sudah berapa nilainya?
Selain bahasa, salah satu yang juga sangat penting itu, Rencana Studi. Apa yang akan kita lakukan ketika belajar disana, apa yang ingin kita dapat dengan belajar disana, dan rencana kita setelah melanjutkan studi apa sih? Pastinya, ketika kita memutuskan untuk mendaftar LPDP, salah satu hal penting yang perlu kita cantumkan dalam rencana studi adalah hal apa yang akan kita lakukan untuk Negeri Kita, Indonesia, nantinya. Jangan sampai ketika kita mendaftar tapi belum punya Rencana Studi nya ya. Inget konsep nyala api!
Menentukan Universitas yang akan kamu tuju juga menjadi poin penting dalam rencana studi. Ingin di Dalam Negeri atau Luar Negeri harus sesuai dengan rencana kita kedepannya ya. Di LPDP sendiri sudah terdapat daftar Perguruan Tinggi yang dapat kamu pilih, untuk Dalam Negeri kamu bisa cek di link berikut , sedang yang Luar Negeri dapat cek di link ini. Kalau sudah ketemu universitas yang sesuai dengan minat studi kamu, selanjutnya tinggal kamu Kepo-in deh persyaratan lebih lanjut penerimaan mahasiswa nya.
Menurut Kak Deby, LPDP itu bukan hanya menerima orang yang bagus dari segi akademisnya saja kok, tapi juga psikolognya. Bagaimana attitude dan softskill yang dimiliki si pelamar juga sangat dipertimbangkan dalam proses penyeleksian. Beberapa orang yang saya kenal dan menerima beasiswa ini memang kebanyakan bukan orang-orang yang memiliki nilai akademis tinggi, tapi mereka merupakan aktivis semasa kuliahnya dulu, baik di dalam maupun di luar kampus.
Lalu bagaimana jika semasa kuliah, kita bukan orang yang pinter-pinter banget akademisnya, pun begitu dengan kegiatan berorganisasinya? Tenang, jangan minder dulu. Ada juga kok yang keterima jika memang ternyata bukan termasuk kedua golongan di atas. Faktanya setiap orang bisa berubah kan? Mungkin dulu belum kepikiran kenapa harus aktif, terus sekarang mau berubah dan suka banget sama berbagai kegiatan ke-sukarelawan-an. Intinya kalo kata Kak Deby lagi, kita harus memiliki rencana kontribusi yang bisa diberikan nantinya untuk diri sendiri, lingkungan, dan juga negara. Kontribusi tersebut pun harus possible dilakukan dan sebisa mungkin linier dengan latar belakang pendidikan yang kita ambil nantinya. Coba tonjolkan sesuatu yang bisa kamu lakukan dan jelaskan kenapa sih LPDP harus memilih kamu diantara ribuan kandidat lainnya?
Dan terakhir, persiapkan semuanya dari sekarang, ya sekarang, jangan besok, jangan lusa, apa lagi minggu depan atau bulan depan. Yang ada, malah kurang persiapan dan ketika deadline semua jadi berantakan. Saran dari salah seorang penerima beasiswa LPDP, Atrasina Adlina, yang kini sedang menimba ilmu di Wageningen University, kita harus mempersiapkan modal bahasa (IELTS) coba ikutan kursus atau mungkin ketika kamu percaya dengan kemampuan mu sendiri bisa juga belajar otodidak dengan mengakses materi dan contoh soal yang ada di internet. Dan yang kedua, mulai cari rekomender dari sekarang, coba hubungi dosen atau orang yang memiliki jabatan penting dan memungkinkan untuk memberikan rekomendasi kepada kamu. Pesan dari Adlina, "Jangan terpatok hanya pada beasiswa LPDP, karena masih banyak beasiswa lain diluar sana. Pokoknya cari info sebanyak-banyaknya. Jika ada kemauan, Pasti ada jalan!".
Siap nyalain api mu sekarang? Persiapannya sudah sampai mana?
P.S Ditulis sambil ngaca, terus ambil pulpen buat mulai nulis rencana studi
Venue : Kalapanunggal, Sukabumi
Kali ini saya ingin mencoba membahas terkait beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Kebetulan 2 hari lalu saya datang ke acara LPDP Summit 2018 di Gedung Dhanapala, Jakarta, 7 Mei lalu. Walaupun inti acara tersebut adalah untuk penyambutan alumni yang telah selesai mengemban pendidikan baik di dalam maupun luar negeri, namun salah satu rangkaian acaranya terdapat “Konsultasi Serba-Serbi LPDP”.
Fotonya dulu, biar termotivasi jadi alumni dan disambut kaya gini :) |
Tahun ini, 2018, LPDP menyediakan 6 jenis beasiswa, yaitu ada beasiswa Reguler, Disertasi, Dokter Spesialis, Afirmasi (untuk daerah tertinggal, alumni bidikmisi berprestasi, individu berprestasi dari keluarga miskin/prasejahtera, prestasi olahraga;seni;kebudayaan;keagamaan, penyandan disabilitas, PNS/TNI/Polri, santri, prestasi olimpiade bidang sains;teknologi;keterampilan), Unggulan Dosen Indonesia, Program co-funding (baru ada tahun ini).
Nah untuk tahapan seleksi sendiri, tahun ini terdapat 2 kategori. Untuk kategori beasiswa regular, afirmasi daerah 3T, alumni bidikmisi berprestasi, individu berpretasi dari keluarga miskin/prasejahtera, serta prestasi olahraga, seni, kebudayaan, dan keagamaan, tahapannya :
a. Pendaftaran pada website LPDP
b. Seleksi administrasi
c. Seleksi berbasis komputer
d. Seleksi substansi
Sedangkan beasiswa lainnya ada 2 tahapan sebelum tahap diatas, yaitu pendaftaran dan seleksi atau pengusulan oleh Kementerian/Lembaga/Pemda.
Tahun ini masih sama seperti tahun lalu, terdapat 2 gelombang pendaftaran, yaitu gelombang I, untuk Dalam Negeri (deadline : 7 Mei – 8 Juni 2018), dan gelombang II untuk Luar Negeri (deadline : 2 Juli – 21 September 2018). Sedangkan untuk beasiswa Disertasi terbagi menjadi 2 periode, yaitu periode I (deadline : 7 Mei – 8 Juni 2018), dan periode II (deadline : 9 Juni – 21 September 2018). Buat kamu yang mau daftar sudah mempersiapkan semuanya belum? Mau ambil DN atau LN nih? Karena dalam 1 tahun kita hanya boleh mendaftar pada salah satu nya aja ya.
Jika dulu pendaftar yang sudah lolos hingga tahap substansi hanya mendapat 1 kali kesempatan lagi untuk mencoba, tahun ini, semua bisa mencoba sampai kapan pun ia mau, asal persyaratan lainnya memenuhi ya. Untuk lokasi seleksi berbasis komputer dan seleksi substansi, akan didakan di 18 provinsi di Indonesia, diantaranya di Kota Medan (Sumatera Utara), Yogyakarta, Surabaya (Jawa Timur), Jakarta, Denpasar (Bali), dll.
Tahun ini ditargetkan LPDP akan menerima 4000 orang penerima beasiswa LPDP, baik dalam maupun luar negeri. Untuk saya sendiri tertarik untuk mengikuti program beasiswa reguler Master ke luar negeri, sehingga pas kemarin kebetulan ada LPDP corner di acara LPDP Summit 2018 lalu, saya pun nanya hal-hal seputar beasiswa tersebut. Nah tapi kalo mau lebih kepo lagi apa aja sih persyaratannya kamu bisa langsung cek di link berikut ya https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/beasiswa-reguler/ .
Menurut Kak Deby dari bagian Customer Service dan Call Center, terdapat 2 poin penting ynag HARUS kamu persiapkan sebelum mendaftar LPDP, yaitu Bahasa dan Rencana Studi. Ibarat mau nyalain api, Bahasa itu merupakan bahan bakarnya, dan Rencana Studi itu merupakan oksigennya, sedangkan niat dan motivasi kita merupakan sumber api nya. Tanpa adanya ketiga hal tersebut, bahan bakar – oksigen – sumber api, maka nyala api pun ngga mungkin bisa muncul, kecuali ada suatu keajaiban ya.
LPDP corner : ada alumni dan penerima yg masih on going siap menjawab semua pertanyaan kamu seputar LPDP
LPDP corner @ LPDP Summit 2018 |
Kenapa sih bahasa sangat penting? Ya karena ketika belajar di negeri orang, sudah pasti bahasa yang digunakan bukan bahasa Indonesia ya. Paling umum, ya bahasa inggris, yang merupakan bahasa internasional. Tapi ada juga beberapa negara yang menggunakan bahasa negaranya sendiri dalam kegiatan sehari-hari maupun kegiatan belajar mengajarnya. Seperti Arab, Perancis, Rusia, Spanyol, dan Cina/Mandarin.
Bisa dibayangkan ketika kita ngga ngerti apa yang disampaikan Dosen ketika di kelas? Atau mungkin kita tinggal di lingkungan yang semuanya berbahasa asing. Bukan hanya bingung, tapi kita juga bisa salah menangkap informasi yang disampaikan. Jadi bahasa itu bukan hanya penting untuk menangkap pelajaran, tapi juga untuk mempelajari budaya disana ya. Oleh karena itu, untuk program LN, LPDP juga sudah menetapkan batasan minimal nilai TOEFL IBT (80), TOEIC (800), IELTS (6.5), maupun TOAFL (550). Jika kurang dari itu, sudah pasti kita tidak memenuhi persyaratan.
Tapi syarat minimal yang diberikan LPDP bisa juga lebih rendah dari syarat nilai yang diminta oleh Universitas tujuan kita, sehingga penting nih buat tahu terlebih dahulu Universitas apa yang mau kita tuju nanti nya, dan lihat syarat nilai kemampuan bahasa asing yang diminta berada dinilai berapa. Untuk beasiswa Afirmasi, kita masih mendapat kesempatan dari LPDP untuk mengikuti Pengayaan Bahasa, namun tidak berlaku untuk yang Reguler. Jadi buat kita yang hanya bisa mendaftar melalui jalur Reguler, harus banget punya nilai yang dipersyaratkan oleh Universitas tujuan kita ya. Hayoo kamu sudah berapa nilainya?
Selain bahasa, salah satu yang juga sangat penting itu, Rencana Studi. Apa yang akan kita lakukan ketika belajar disana, apa yang ingin kita dapat dengan belajar disana, dan rencana kita setelah melanjutkan studi apa sih? Pastinya, ketika kita memutuskan untuk mendaftar LPDP, salah satu hal penting yang perlu kita cantumkan dalam rencana studi adalah hal apa yang akan kita lakukan untuk Negeri Kita, Indonesia, nantinya. Jangan sampai ketika kita mendaftar tapi belum punya Rencana Studi nya ya. Inget konsep nyala api!
Menentukan Universitas yang akan kamu tuju juga menjadi poin penting dalam rencana studi. Ingin di Dalam Negeri atau Luar Negeri harus sesuai dengan rencana kita kedepannya ya. Di LPDP sendiri sudah terdapat daftar Perguruan Tinggi yang dapat kamu pilih, untuk Dalam Negeri kamu bisa cek di link berikut , sedang yang Luar Negeri dapat cek di link ini. Kalau sudah ketemu universitas yang sesuai dengan minat studi kamu, selanjutnya tinggal kamu Kepo-in deh persyaratan lebih lanjut penerimaan mahasiswa nya.
Menurut Kak Deby, LPDP itu bukan hanya menerima orang yang bagus dari segi akademisnya saja kok, tapi juga psikolognya. Bagaimana attitude dan softskill yang dimiliki si pelamar juga sangat dipertimbangkan dalam proses penyeleksian. Beberapa orang yang saya kenal dan menerima beasiswa ini memang kebanyakan bukan orang-orang yang memiliki nilai akademis tinggi, tapi mereka merupakan aktivis semasa kuliahnya dulu, baik di dalam maupun di luar kampus.
Lalu bagaimana jika semasa kuliah, kita bukan orang yang pinter-pinter banget akademisnya, pun begitu dengan kegiatan berorganisasinya? Tenang, jangan minder dulu. Ada juga kok yang keterima jika memang ternyata bukan termasuk kedua golongan di atas. Faktanya setiap orang bisa berubah kan? Mungkin dulu belum kepikiran kenapa harus aktif, terus sekarang mau berubah dan suka banget sama berbagai kegiatan ke-sukarelawan-an. Intinya kalo kata Kak Deby lagi, kita harus memiliki rencana kontribusi yang bisa diberikan nantinya untuk diri sendiri, lingkungan, dan juga negara. Kontribusi tersebut pun harus possible dilakukan dan sebisa mungkin linier dengan latar belakang pendidikan yang kita ambil nantinya. Coba tonjolkan sesuatu yang bisa kamu lakukan dan jelaskan kenapa sih LPDP harus memilih kamu diantara ribuan kandidat lainnya?
Dan terakhir, persiapkan semuanya dari sekarang, ya sekarang, jangan besok, jangan lusa, apa lagi minggu depan atau bulan depan. Yang ada, malah kurang persiapan dan ketika deadline semua jadi berantakan. Saran dari salah seorang penerima beasiswa LPDP, Atrasina Adlina, yang kini sedang menimba ilmu di Wageningen University, kita harus mempersiapkan modal bahasa (IELTS) coba ikutan kursus atau mungkin ketika kamu percaya dengan kemampuan mu sendiri bisa juga belajar otodidak dengan mengakses materi dan contoh soal yang ada di internet. Dan yang kedua, mulai cari rekomender dari sekarang, coba hubungi dosen atau orang yang memiliki jabatan penting dan memungkinkan untuk memberikan rekomendasi kepada kamu. Pesan dari Adlina, "Jangan terpatok hanya pada beasiswa LPDP, karena masih banyak beasiswa lain diluar sana. Pokoknya cari info sebanyak-banyaknya. Jika ada kemauan, Pasti ada jalan!".
Siap nyalain api mu sekarang? Persiapannya sudah sampai mana?
P.S Ditulis sambil ngaca, terus ambil pulpen buat mulai nulis rencana studi
Venue : Kalapanunggal, Sukabumi
No comments:
Post a Comment