CeloteHany

penulis lepas yang menyukai darat, laut, dan langit

September 19, 2018

Jumat, 7 September 2018.

Mbah akhirnya kembali dirawat untuk kali ketiga, setelah dua kali sebelum nya juga pernah masuk rumah sakit yang sama dan nomor kamar yang sama, RS Hermina Depok ruang 374. Diawali dengan gejala sering merasa sakit sendi di bagian lengan. Dibawa ke dokter dan diberi obat nyeri. Obat nyeri yang dikonsumsi Mbah memberi efek samping mengiritasi lambung hingga terjadi pendarahan lambung (Milena). Mbah terkena anemia, pertahanan tubuh Mbah melemah, sehingga mudah dimasuki kuman. Hingga akhirnya kali ini Mbah dinyatakan sepsis (infeksi), dimulai dari organ ginjal yang mempunyai fungsi vital bagi tubuh. Lalu Paru-paru tidak berfungsi normal, hingga jantung membengkak. Penyakit yang diderita Mbah sudah komplikasi.

Rencananya cucu2 mbah, besok mau kumpul di rumah mbah, buat bikin video projek untuk nyemangatin mbah. Semua cucu hingga cicit, "mbah cepet sembuh, kita sayang mbah". Yang pastinya bukan hanya kata, tapi rasa.

Sabtu, 8 September 2018.


Pagi itu aku pergi ke rumah mbah, janjian dengan sepupu2 lainnya untuk ngaji bareng dilanjutkan dengan take video untuk mbah. Tapi pada baru dateng agak sore. Usai take video, sore itu, aku, Aisyah, Qonita, Atika menuju rumah sakit.

Kali ketiga aku nemenin Mbah nginep di rumah sakit. Pertama kali dateng, tante-tante yg udah ada di rumah sakit bilang ke mbah, "mbah kalo ini siapa mbah?". Aku mendekat dan mencium tangan mbah dengan khidmat. Wajah mbah hanya mengkerut sambil berusaha mengingat namaku. Setelah disebutkan beberapa kriteria, mbah baru bisa jawab, "Hany". Lega, aku tersenyum senang namun dalam hati meringis. Ada apa dengan mbah?

Malam itu mbah masih bisa ke kamar mandi untuk buang air kecil. Malem itu juga aku masih dikasih uang jajan sama mbah, 50 ribu. Kebiasaan mbah selalu ngasih uang untuk cucu2 nya dan ngga ngebolehin buat nolak, mbah pasti akan bilang "ini rejeki kamu, ngga boleh ditolak".

Malam ini mbah BAB 2 kali, alhamdulillah, setelah 2 hari ngga BAB.

Minggu, 9 September 2018.


Aku pamit ke mbah dan bunda untuk ikut acara reuni di kampus. Pagi itu mbah masih bisa diajak ngobrol walaupun sudah mulai tidak mengenali orang dengan cepat. Kata Bunda mbah mengalami demensia, ingatannya jadi melemah. Terkadang malah ingatan masa lampau yg justru melekat. Harus nyebutin dengan deskripsi singkat. Untuk mengenali anak nya sendiri pun terbalik2. Tante Nina jadi Tante Rini, Om Hasan jadi Kak Sigit, dll. Sedih, iya.

Malam itu aku pulang ke rumah, tidak membersamai mbah di rumah sakit. Hanya mendengar kabar yang selalu dibagikan di grup WA Mohadi's Grandhild.

Senin, 10 September 2018.


Aku kembali ke rumah sakit untuk nemenin mbah. Kesehatan mbah semakin menurun. Mbah mulai ngga sadar, sering buka dan nutup mata tapi ngga bisa tidur. Mbah minta semua anak-anak nya kumpul di rumah sakit.

Siang itu, aku sama Bunda ke rumah sakit. Aku inget Mbah suka ubi cilembu, kebetulan di dekat rumah sakit ada yang jual. Sampai disana, aku coba nyuapin mbah ubi cilembu hangat. Walaupun hanya 4 suap kecil, tapi aku senang. Tensi terakhir Mbah, alhamdulillah normal, 120/80. Di saat kondisinya seperti itu Mbah masih selalu ingat untuk berbagi. Tiba2 Mbah minta diambilkan dompetnya dan mengambil sejumlah uang untuk diberikan kepada Mbak Sum (dulu pernah kerja sama Mbah).

Saat ditanya oleh tante2 Mbah mau apa, Mbah bilang mau Umroh. Walaupun Mbah sudah pernah berangkat haji dan umroh, tapi ternyata Mbah masih merindukan Tanah Suci. Mbah juga menyebut nama Mbah Wat (Adik kandung dibawah Mbah banget, yang wajahnya sangat mirip Mbah).

Sore itu, tiba2 Mbah bilang, "di luar ada tamu". Kami semua menghening, lalu masing2 tenggelam dalam tangisnya. Ngga lama, ternyata tamu yang dimaksud Mbah adalah Mbah Titi (Adik kandung Mbah). Melihat kondisi Mbah, Mbah Titi sedih, hingga meminta semua saudara Mbah termasuk Mbah Wat untuk datang juga ke rs.

Mbah minta semua cucunya kumpul.

Mbah juga minta Hari Minggu nanti (16 September 2018) semuanya kumpul, katanya nanti akan ada banyak tamu yang datang. Tolong disiapkan makanan yang banyak.

Malam itu tensi Mbah turun, 90/60. Badan Mbah di beberapa bagian mulai membengkak dikarenakan adanya penumpukan cairan karena ginjal Mbah sudah tidak berfungsi normal.

Setiap kali ditanya, "Mbah apa yang sakit?", Mbah pasti menjawab, "ngga ada yang sakit, cuma masih lemes". Dengan begitu banyaknya infeksi di tubuh Mbah, Mbah tidak pernah mengeluh sedikit pun. Mbah selalu bilang, "20 tahun saya tidak pernah dikasih sakit sama Allah, baru kali ini masuk rumah sakit lagi". Mbah selalu bersyukur.

Setiap kali Mbah dirawat, selalu banyak orang yang datang menjenguk. Apalagi Mbah adalah seorang guru dan mantan kepala sekolah SMPN 2 Depok. Mbah sudah mengabdikan dirinya sebagai guru sejak tahun 1960-an. Murid2nya bukan lagi anak2, tapi sudah ada yang menjadi nenek. Malam itu, beberapa murid Mbah ada yang datang menjenguk Mbah dan membawakan lukisan wajah Mbah.

Selasa, 11 September 2018.


Tensi Mbah pagi ini 100/60.

Mbah di ruqyah.

Respon mbah sudah sangat menurun, Mbah hanya bisa mengangguk atau menggeleng ketika ditanyakan sesuatu. Mbah tidak nafsu makan. Satu yang ku ingat, Mbah masih suka makan pisang. Hari itu Mbah ngabisin 2 buah pisang.

Tensi Mbah sore ini 97/60.

Sore itu aku ke rumah untuk ambil baju. Saat kembali ke rumah sakit, aku coba mampir untuk beli ubi cilembu untuk Mbah. Ternyata Mbah udah ngga bisa makan ubi cilembu lagi.

Malam ini Mbah di pasang kateter (alat bantu untuk mengeluarkan urin) karena urin yang dikeluarkan Mbah sangat sedikit.

Rabu, 12 September 2018.


Pagi ini kondisi Mbah terlihat membaik.

Subuh itu aku masih membimbing Mbah untuk solat subuh, mewudhukan Mbah dengan debu (tayamum). Sarapan pagi ini adalah Bubur Sumsum yang merupakan makanan kesukaan Mbah. Aku berhasil nyuapin Mbah 8 suap. Rasanya seneng banget liat Mbah mau makan lagi. Walaupun tensi Mbah masih rendah, 90/60.

Hasil pengecekan dokter pagi ini Mbah kekurangan natrium dalam tubuh. Mbah butuh nutrisi tambahan dari sonde. Siang itu itu Mbah dipasangkan selang Nasogastrik (NGT). Sedih liatnya, dari awal sebenernya Mbah menolak untuk dipasangkan NGT, tapi demi kebaikan Mbah, akhirnya pihak keluarga mengizinkan Mbah dipasangkan NGT. Saat dimasukan selang, Mbah seperti kesakitan. Ada sedikit darah di selang di awal, namun kata perawat itu berasal dari iritasi lambung Mbah. Sekilas yang aku tahu dari perawat, sonde yang dimasukan ke tubuh Mbah merupakan campuran putih telur, susu, maizena, dll.

Siang itu, aku ada kerjaan dan harus meninggalkan rumah sakit sementara. Sebelum pergi, ada tetangga rumah Mbah yang datang menjenguk. Pak Rozaq, mungkin usianya hampir sama dengan Mbah. Beliau bilang roh Mbah udah ngga bersama jasadnya. Kami semua belum siap mendengarnya. Ingin rasanya aku melarang beliau untuk berbicara seperti itu. Mbah pasti sehat kembali, Mbah kan katanya mau kumpul kembali sama anak2 dan cucu2nya.

Kesadaran Mbah sudah mulai menurun. Mbah sudah tidak bisa solat Zuhur karena kesadarannya sudah tidak 100%.

Kamis, 13 September 2018.


Kondisi Mbah semakin melemah.

Tensi pagi ini 100/60, ada sedikit peningkatan dari kemarin, tapi masih dibawah normal. Pagi ini Mbah lebih banyak tidur. Sebenernya dari kemarin, Dokter sudah menyarankan Mbah untuk di rawat intensif di ICU, namun karena kami ingin terus men-talqin Mbah melihat kondisi Mbah yang tidak kunjung membaik. Anak2 Mbah sudah mulai bisa mengikhlaskan Mbah, karena kasian jika terus melihat kondisi Mbah seperti itu.

Mbah sudah tidak mampu merespon ketika ditanya. Tapi Mbah masih bisa merasakan sakit ketika disuntik, lalu Mbah menarik tangannya sebagai respon dari sakitnya.

Kata dokter, infeksi ginjal Mbah semakin parah. Terjadi banyak pembengkakan di bagian-bagian tubuh Mbah akibat penumpukan cairan.

Mbah mulai tidak dapat mengontrol gerak tubuhnya.

Siang ini, dokter kembali menyarankan Mbah untuk dirawat di ICU. Tapi kami tetap menolak dengan alasan yang sama. Kata dokter, Mbah kekurangan albumin dalam darah. Akhirnya Mbah diberi albumin tambahan melalui infus.

Malam hari, semua anak dan cucu Mbah berkumpul di rumah sakit. Alunan surat Yasin dan klimat Syahadat tak henti2nya kami gaungkan di telinga Mbah. Kami minta yang terbaik Ya Allah.
Malam itu, aku dan Bunda tidak membersamai Mbah di rs. Kami ingin ambil baju dan melanjutkan menginap esok hari. Perasaan anak2 Mbah saat itu campur aduk.

Jumat, 14 September 2018.


Hari ini hari ulang tahun Mbah berdasarkan KTPnya. Sebenernya Mbah lahir tanggal 12 Juni 1937, namun karena ingin mendaftar pendidikan guru, Mbah memalsukan KTP nya agar usianya sesuai dengan persyaratan.

Pagi ini Mbah dinyatakan koma oleh Dokter. Kondisi Mbah semakin melemah. Siang itu dokter menjelaskan bahwa Mbah sudah akan menemui ajalnya. Menurut prediksi dokter, hari ini atau besok. Kami semua menangis, bukan karena tidak ikhlas, tapi karena kami begitu sayang dengan Mbah.
Bergantian anak dan cucu Mbah men-talqin tanpa henti. Tamu yang menjenguk sudah dilarang masuk ruangan.

Siang itu, ketika solat jumat kami kembali melangitkan doa agar Mbah diberikan yang terbaik. Kondisi Mbah semakin melemah, nafas Mbah sudah sangat berat, sehingga kami meminta tambahan balon oksigen untuk memudahkan Mbah bernafas.

11.45 tangan dan kaki Mbah sudah mulai dingin. Mulut Mbah mengeluarkan busa putih. Tensinya sudah sangat lemah, 70/tidak dapat dibaca. Kami semua sudah diminta mengikhlaskan Mbah. Kata anak2 Mbah, Mbah masih nunggu seseorang, yaitu cucu pertamanya, Mbak Adlina, yang sedang kuliah di Belanda. Ia baru akan tiba di Jakarta hari minggu. Akhirnya kami pun menghubungi Mbak Adlina untuk bicara dengan Mbah melalui telepon. Mbak Adlina akhirnya mengikhlaskan Mbah dengan membisikan di telinga Mbah melalui telepon.

14.50 kami hampir kehilangan Mbah. Nafas Mbah sudah sangat berat, lalu tiba2 berhenti. Kami segera memanggil dokter. Dokter mengecek detak jantungnya. Masih ada beberapa gelombang. Pupil mata Mbah belum membesar. Kata dokter tunggu 10 menit lagi untuk pengecekan ulang.

15.00 Innalillahi wa innailaihi rojiun, Mbah dinyatakan meninggal dunia. Setelah pemeriksaan detak jantung yang kedua kalinya. Kali ini Mbah benar-benar telah pergi meninggalkan kami.

Jumat sore ini, di hari ulang tahun Mbah berdasarkan KTP nya (14 September 1936), derai tangis tak kunjung reda. Semoga hari ini menjadi yang terbaik untuk Mbah. Semoga Mbah diampuni dosa-Nya dan diberikan tempat terbaik di Syurga-Nya.

Kami harus bisa mengikhlaskan Mbah. Selamat jalan Mbah. Terima kasih sudah mengajarkan kami banyak hal, Mbah.

Tahun ini tepat 20 tahun Mbah Kakung (suami Mbah) meninggal dunia. Tahun ini kami sudah kehilangan dua orang yang kami sayang, setelah bulan Maret lalu kami kehilangan sepupu kami Faqiha (11 tahun) karena kanker rahim.

Jodoh, rezeki, maut, merupakan 3 hal yang sudah dituliskan waktunya di Lauh Mahfuz, manusia hanya dapat mengupayakan jalannya. Yang baik akan husnul khotimah, yang buruk semoga Allah selalu mengampuni hamba-Nya. Aamiin Yaa Rabbal'alamiin..

Sabtu, 15 September 2018.

Pagi ini, Mbah di sholatkan, setelah dimandikan sejak malam. Banyak orang yang ikut nyolatin Mbah. Seluruh shaf sholat masjid Al-Awal Depok Jaya di penuhi oleh jamaah. Mungkin ini menjadi tanda penghormatan terakhir bagi kami untuk Mbah.

Pukul 09.00 jenazah Mbah dibawa ke TPU Kalimulya 1 diiringi oleh konvoi dari komunitas Grab Depok untuk segera dikuburkan. Banyak para pelayat yang hadir di acara pemakaman. Dari pihak keluarga memohon maaf jika Mbah ada salah selama masa hidupnya.

Mbah dimakamkan tepat di sebelah makam Mbah Kakung.



Insya Allah Mbah sudah bahagia di alam sana. Mbah sudah sehat, Mbah masih cantik, selalu cantik.

Ngga banyak hal yang sudah aku lakukan bersama mbah.

Yang aku tahu, Mbah selalu suka dipijat, Mbah selalu suka ngasih barang-barangnya (baju, sepatu, hingga cincin hadiah wisuda), Mbah selalu mengajarkan suka makan sayur dan harus menghabiskan seluruh makanan, Mbah ngga akan ngebolehin pulang kalo kita belum makan, Mbah akan bilang terima kasih dengan hal kecil yang kita lakukan, Mbah selalu tersenyum, Mbah suka dengerin ceramah Mamah Dedeh sambil mencatatnya, Mbah suka menulis buku pelajaran dulu pas SD dikasih buku soal2 UN 6 jilid karangan Mbah, tulisan Mbah rapih, Mbah sangat teliti menyimpan barang-barangnya, Mbah suka hal yang teratur seperti menggantung kembali mukena dan menutup pintu, Mbah suka nonton TV (sinetron atau dangdut akademi) di dalam kamar, Mbah selalu mendoakan yang terbaik, Mbah rajin solat tahajud, Mbah selalu solat tepat waktu, Mbah masak ayam goreng Suharti terenak, Mbah suka masak spaghetti pake campuran tahu dan ayam cincang, masakan Mbah selalu enak, Mbah tidak pernah mengeluh, Mbah selalu bangga punya banyak anak dan cucu, "cucu saya ada 36, meninggal 3, cicit 2".

Allah, dapatkah kami menjadi saksi bahwa Mbah orang baik? Bi husnul khotimah Ya Allah.. jauhkanlah Mbah dari siksa kubur dan api neraka.. masukanlah ke dalam Syurga-Mu, aamiin Yaa Rabbal'alamiin..

Minggu, 16 September 2018.

Hari ini, seperti pesan Mbah sebelumnya. Mbah ingin semua anak dan cucunya, termasuk Mbak Adlina yang baru datang dari Belanda, berkumpul di rumah Mbah (Jalan Dahlia 1 No 182, Depok Jaya).

Ya ternyata benar, banyak tamu, tamu yang hadir adalah orang-orang yang takziyah atas kepergian Mbah. Berpuluh karangan bunga dihantarkan menandakan turut berduka cita sedalamnya.

Mbah, insya Allah kami akan selalu mendoakan yang terbaik untuk mu di sana..