CeloteHany

penulis lepas yang menyukai darat, laut, dan langit

November 21, 2014

Hujan Sore

Tiik..tiiik..tiiikk..

Sore itu hujan mulai turun lagi, semakin lama rinainya semakin deras. Tapi yang kulihat wanita itu masih saja duduk tenang dan serius menatap layar laptopnya. Orang-orang disekelilingnya mulai menjauh dari curahan hujan yang mulai membasahi tempat keramaian itu, tempat dimana biasa wanita itu menghabiskan waktu bersama teman sebayanya. Entah apa yang dilakukan, tapi hampir setiap hari wanita itu duduk di sana, menghabiskan waktu penatnya seusai perkuliahan. Seringnya waktu makan dan tidur pun ia gunakan di sana. Untuknya kosan hanya sebagai tempat bersinggah di malam hari ketika Tegker (tegakan kersen), tempat dimana ia menghabiskan waktu, telah sepi dari lalu lalang orang banyak.
Tapi sore itu ia sedang tidak menggunakan pakaian yang biasanya ia pakai, walau terlihat kebesaran dengan ukuran badannya yang tidak terlalu besar itu. Sore itu ada yang terlihat berbeda dari penampilan biasanya. Ia mengenakan pakaian yang terlihat lebih feminim dari biasanya, posisi duduknya pun ia buat semanis mungkin sehingga dari kejauhan, teman-temannya hampir tidak bisa mengenalinya. 1 jam...2 jam... wanita itu seperti sedang menunggu seseorang yang sangat ia harapkan kedatangannya. Jam tangan pun ia lirik berkali-kali untuk meyakinkan bahwa ini masih dalam batas wajar untuk menunggu. Namun sepoi-sepoi angin diiringi hujan membuat wanita itu mulai memasuki alam bawah sadarnya, sampai akhirnya ia benar-benar tertidur di depan laptopnya yang masih menyala. 

Dari raut mukanya terlihat ia sedang kelelahan sangat, seakan seharian itu ia habiskan untuk bekerja dan akhirnya ia membayarnya pada sore hari itu. Tapi lama sekali orang yang ia tunggu tak kunjung datang. Matahari kala itu mulai bersembunyi di barat sana, meninggalkan semburat indah setelah hujan mulai reda. Orang pun semakin banyak yang berlalu lalang sehabis menunggu hujan di kampus. Tiba-tiba wanita itu tersadar dari tidurnya. Hal yang pertama ia lakukan adalah melongok ponsel merahnya, berharap mendapat kabar dari orang yang ia tunggu. Tapi nihil, bukan sms yang ia harapkan justru berjejer di kotak masuknya menunggu untuk ia buka, beberapa panggilan masuk tak terjawab pun memenuhi layar utama ponsel tersebut. Dengan setengah sadar, ia mencoba mengeja satu persatu nama orang yang telah menghubunginya dan mengecek pesan tersebut. Sampai akhirnya ia terpaku, ketika membaca pesan singkat dari seseorang. Seketika wajahnya yang terlihat mengantuk, ia paksa untuk sadar. Pesan itu terlihat penting bagi wanita itu, hingga ia takut untuk mengabaikannya...  (bersambung)  

5 comments:

  1. Rupanya ente punya jiwa sastra ya.. Jarang ada yang pakai kata "rinai" kecuali yang sering terlibat dalam sastra..

    Bagus, lanjutkan Ny! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha, lebay ah, saya masih pemula nih bang :p
      itu cuma kebetulan aja, tp makasih yooo bang, haha :D

      Delete
    2. Menurut ane biar tampilan "home" atau "beranda" blognya makin bagus, mending tiap postingan cuma ditampilkan "summary"nya aja.. Kayak punya birena-ipb.blogspot.com..

      Caranya setelah ngetik satu paragraf, klik "insert jump break" yang logonya kayak kertas dirobek..

      Cuma saran sih, terserah mau ngikutin apa kagak, hhe.. :D

      Delete
    3. wahaha, makasih yoo atas masukannya bang,
      nanti saya coba :D hehe

      Delete
    4. Sip.. Ditunggu juga nih lanjutan ceritanya..

      Follow balik dong blog ane, yusufmuhammad47.wordpress.com, hhe.. ^^v
      #abaikan

      Delete