CeloteHany

penulis lepas yang menyukai darat, laut, dan langit

May 3, 2018

Bagaimana Cara Kita Memaknai Hari Pendidikan Nasional?


Kemarin hari apa ya? Yaps, 2 Mei, di Indonesia, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Kira2 udah pada tahu alasan kenapa tanggal tsb ditetapkan sbg Hari Pendidikan? Awalnya saya pikir, mungkin tanggal 2 Mei itu pertama kali nya ada sekolah. Ternyata bukan, usut punya usut, tanggal 2 Mei merupakan hari lahir dari seseorang yang sangat berjasa menerangkan dunia pendidikan yang ada di Indonesia. Siapakah dia? Tak lain dan tak bukan, Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hajar Dewantara yang terkenal akan ajaran Tut Wuri Handayani nya.

Beliau memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat, dilahirkan di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Berkat semangat perjuangan beliau lah, wajah pendidikan di Indonesia mulai berganti dari suram menuju terang. Hingga pada tgl 3 Juli 1922, didirikanlah Perguruan Taman Siswa yang merupakan sekolah nasional pertama bagi rakyat Indonesia. Kalo ngga ada beliau, mungkin kita ngga bakal bisa nikmati duduk di bangku sekolah seperti saat ini. Dan mungkin ngga bakal ada kisah Dilan dan Milea tahun 1990 atau mungkin Kisah Kasih di Sekolah yang dijadikan judul lagu Chrisye :)

Tuh kan saya jadi baper. Balik lagi ke Hari Pendidikan Nasional. Kira2 sebagai generasi muda apasih yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia saat ini? Karena faktanya, sadar atau tidak sadar potret buram pendidikan dalam negeri saat ini semakin menyungkil empati kita. Angka kemiskinan yg berbanding lurus dengan angka putus sekolah di Indonesia, mau tak mau menjadi momok yg harus mendapat perhatian dari banyak pihak, termasuk kita, generasi Y (re: Why?).

Walaupun negara telah menjamin kebebasan menuntut ilmu yang diatur dalam UUD 1945 pasal 31, tetap saja nyatanya Indonesia masih belum cukup disandingkan dengan negara tetangga Malaysia di bidang pendidikan nya. Miris memang jika mengetahui dulu Malaysia lah yg mengimpor tenaga pendidik dari Indonesia. Namun kini? Indonesia masih kekurangan tenaga pendidik berkualitas sehingga rencana negara akan mengimpor 600 Dosen dari luar. Lalu memangnya pada kemana para guru, dosen, pengajar yang ada di Indonesia? Bukannya tes CPNS tahun lalu paling banyak jatahnya adalah Kemendikbud?

Sebagai generasi muda, yang katanya punya semangat tinggi, tentu banyak jalan menuju Roma demi memajukan pendidikan yang ada di Indonesia saat ini. Bahkan dari banyak negara, Indonesia di daulat sebagai negara denga jumlah Relawan terbanyak loh. Nah kali ini saya mau sedikit sharing kegiatan yang saya lakukan kemarin bersama Indonesia Mengajar. Tapi sebelumnya udah pada tahu kan apa sih Indonesia Mengajar itu?

Awal mula didirikan pada tahun 2010 yang salah satunya di inisiatori oleh Anies Baswedan yang kini tengah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dimana salah satu visinya yaitu, “mengajak semua pihak untuk ambil bagian memanjukan pendidikan di Indonesia”. Hingga kini sudah banyak daerah yang merasa terbantu dengan adanya Indonesia Mengajar. Kurang lebih 795 pengajar muda Indonesia sudah tersebar di 28 Kabupaten berjuang memajukan pendidikan kita. Walaupun masa kerja dari Pengajar Muda hanya 1 tahun, namun IM juga sudah menerapkan sistem kolaborasi dengan aktor pendidikan yang ada di daerah untuk dapat melanjutkan visi misi yang sama. Jadi ketika masa kerja PM sudah berakhir nyala lilin yang ada diberbagai pelosok negeri ini masih terus menyala.

Tanggal 2 Mei kemarin IM baru saja mengadakan talkshow seputar pendidikan dengan mengajak berbagai lembaga dan komunitas muda untuk bersama mendiskusikan kerja nyata yang dapat dilakukan siapapun untuk pendidikan di negeri ini. Power Talk Indonesia Mengajar kali ini mengangkat tema “Melihat Pendidikan Lebih Besar dari Sekadar Sosok”. Kegiatan ini diadakan di gedung Institute Francais Indonesia yang belakangan saya tahu itu merupakan gedung Kedubes nya Perancis di Indonesia (Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat). Dengan mengundang narasumber yang selama ini terlibat langsung dalam kegiatan IM, ada Mbak Haiva Muzdaliva (Managing Director Indonesia Mengajar) yang sebelumnya bekerja di salah satu perusahaan skin care, Mas Dedi Kusuma, dan Mas Adhi Winata.

Prof Emily, perwakilan kedubes Perancis

Mbak Haiva

Mas Dedi
Mas Adhi



Berbagai pengalaman menarik hingga bisa terperosok di jalan yang benar ini membuat mereka sadar, bahwa pendidikan di Indonesia dapat dimajukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Semua dapat dilakukan dari hal kecil yang ditularkan hingga menjadi hal besar yang bermanfaat bagi sesama. Karena pada dasarnya dengan berbagi kita akan merasa bahagia. Banyak sebagian dari kita yang memiliki mimpi untuk memajukan negeri. Dari pemimpi lah sosok pejuang dilahirkan. Karena tanpa mimpi sama saja tak ada arah tujuan hidup. Tapi, pemimpi yang berhasil dinilai dari usahanya untuk mewujudkan impiannya tersebut. Di akhir akan terlihat siapa saja yang berhasil menantang dirinya keluar dari kerangkeng kemalasannya. Karena percaya atau tidak, di dunia ini tidak ada orang bodoh. Adanya orang yang malas dan orang yang rajin. Lalu sosok manakah yang akan kita pilih untuk selanjutnya menjadi jati diri kita?

Pintu Masuk Gedung Kedubes Perancis
(Kemarin ngga sempet foto langsung, pokoknya kalo masuk sana kita bakal di sambut sama bapak petugas keamanan dan setelah jelas tujuannya baru diperbolehkan masuk melalui pintu yang setelahnya bakal ada pemeriksaan dengan mesin X-Ray barang, dan begitu masuk gedung sinyal HP bakal hilang seketika)


Nurul, teman HII yang kemarin membersamai Saya :)
(Ternyata ada spot bagus buat foto nya loh)



P.S. Tadi abis di ingetin sama Mbak Adlina buat nulis, sebenernya ini mau posting kemarin tapi saya lupa :P Dan intinya, selamat Hari Pendidikan Nasional, Ayo bersama Majukan Pendidikan Indonesia

No comments:

Post a Comment