CeloteHany

penulis lepas yang menyukai darat, laut, dan langit

February 25, 2018

Pembuatan Pupuk Kompos dan Kertas Daur Ulang dari Pelepah Pisang




Kemarin (24 Februari 2018), dalam rangka memperingati Hari Bebas Sampah, Kebun Raya Bogor tengah mengadakan kegiatan workshop sekaligus pelatihan singkat, mulai dari pembuatan pupuk kompos, pembuatan kertas dari pelepah pisang dan serabut kelapa, dan daur ulang plastik serta kain perca menjadi kerajinan tangan yang unik. Kegiatan berlangsung pukul 09.00 WIB hingga 12.00 WIB. Kegiatan dibuka oleh Kepala PKT Kebun Raya Bogor, Bapak Didik Widyatmoko.

Peserta yang hadir merupakan masyarakat umum yang telah daftar melalui WA sebelumnya. Untuk masing-masing sesi pelatihan maksimal diikuti 30 orang. Namun dari panitia mengizinkan peserta sesi yang belum mulai untuk bergabung di sesi manapun.

Saya mengikuti pelatihan pembuatan pupuk kompos dan pembuatan kertas dari pelepah pisang. Untuk pembuatan pupuk kompos sendiri terhitung cukup mudah dan bahan yang diperlukan pun tidak banyak. Saat pelatihan, diajarkan cara membuat pupuk kompos dengan dua cara. Cara pertama adalah untuk skala produksi, sedangakn cara kedua untuk skala dapur rumah tangga.

Pembuatan Pupuk Kompos Skala Produksi

Alat dan Bahan :

1. Dedaunan
2. Pisau atau mesin pencacah
3. Starter (Beyonic Startmik - LIPI)
4. Air
5. Plastik alas
6. Plastik penutup

Langkah pembuatan pupuk kompos :

1. Siapkan dedaunan atau rumput yang ingin dijadikan pupuk
2. Cacah daun, bisa menggunakan pisau secara manual atau mesin pencacah (ukuran 1-2 cm)
3. Letakkan hasil cacahan daun di atas alas untuk tempat pembuatan pupuk kompos
4. Ratakan daun, lalu siram dengan air agar lembab
5. Taburkan bubuk starter di atas daun, satu bungkus starter bisa digunakan untuk 500 kg daun
6. Tumpuk lagi menggunakan cacahan daun, lalu taburkan bubuk starter lagi, hingga menjadi kurang lebih 7-8 lapisan
7. Tutup tempat menggunakan plastik atau terpal, untuk menghindari terkena sinar matahari langsung dan air hujan
8. Diamkan selama kurang lebih 7 hari, dan lakukan pengukuran suhu, tidak boleh lebih dari 70oC
9. Jika suhu terlalu panas maka siram kembali dengan air. Ciri pupuk yang terbakar akibat terlalu panas, akan terlihat abu
10. Lakukan pembalikkan (pembalikkan lebih baik daripada pengadukan), fungsi dilakukannya pembalikan adalah untuk mengurangi suhu yang berlebihan
11. Lakukan pembalikkan 1 minggu sekali selama 8 minggu
12. Setelah 8 minggu bentuk, warna, dan bau dari pupuk sudah berubah (bentuk halus, warna hitam, tanpa bau), lalu pindahkan ke dalam ruangan dalam keadaan terbuka hingga suhunya turun menjadi 30oC
13. Jika suhu pupuk telah menjadi 30oC maka pupuk sudah matang dan siap digunakan

Cacahan daun yang telah ditaburi bubuk starter

Pembuatan Pupuk Kompos Skala Dapur Rumah Tangga

Alat dan Bahan :

ember dan saringan bundar untuk tempat
pembuatan pupuk kompos skala dapur
1. Sampah sayuran, kulit telur, dan sisa makanan yang biasa dibuang
2. Ember bekas cat 60L, buat keran di bagian bawah untuk mengeluarkan air lindi yang bisa digunakan sebagai pupuk cair
3. Saringan bundar untuk di letakkan di bagian dalam ember, berfungsi untuk menyaring air lindi yang dihasilkan dari proses pembusukkan
4. Starter (Beyonic Startmik - LIPI)
5. Air
6. Plastik penutup ember

Langkah pembuatan pupuk kompos :

1. Masukkan sayuran atau sisa makanan ke dalam ember, sebaiknya dicacah menjadi kecil untuk mempercepat proses
2. Siram dengan sedikit air, taburkan bubuk starter, bisa juga gunakan M4 cair
3. Tutup ember dengan plastik
4. Proses pematangan pupuk berlangsung kurang lebih 4 minggu, setiap minggu harus dilakukan pengadukkan atau setiap kali sampah ditambah
5. Selama menunggu pematangan pupuk, jika di bagian dasar sudah terendap banyak air lindi, segera keluarkan dan simpan di dalam botol
6. Air lindi yang dihasilkan merupakan pupuk cair yang juga memiliki banyak manfaat bagi tumbuhan. Namun sebelum digunakan, pupuk cair harus disimpan di dalam botol kurang lebih 1 minggu dan lakukan pengocokkan setiap hari untuk mendapatkan hasil terbaik. Jika cairan sudah berbau seperti tape, maka pupuk cair sudah siap digunakan. Penggunaan pupuk harus dicampur air terlebih dahulu, yaitu 10 ml pupuk cair ditambah 1 liter air.
7. Jika dalam 4 minggu pupuk kompos sudah berubah bentuk, warna, dan tidak berbau maka dapat dikeluarkan dari ember dan didiamkan diruangan terbuka hingga suhunya 30oC.

Pupuk yang dihasilkan kemudian dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanaman, mempercepat pembungaan dan pembuahan, serta meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil panen buah.

Setelah sesi pembuatan pupuk kompos selesai, saya mengikuti sesi pembuatan kertas daur ulang dari pelepah pisang dan serabut kelapa. Alat dan bahan yang digunakan juga cukup sederhana. Hanya saja untuk cetakkan screening harus membuat sendiri atau membelinya di pengrajin, karena tidak dijual di pasar umumnya.

Alat dan Bahan :
alat screening

1. Serabut kelapa, pelepah pisang, rumput, daun bambu atau segala jenis dedaunan yang berserat, yang digunakan 60kg
2. Drum plastik kapasitas 80L
3. Air 100L
4. Sunlight 2000, sebagai pencuci getah dan pemberi wangi pada kertas yang dihasilkan
5. ½ Kg lem reskol atau lem fox atau lem kanji
6. Alat screening yang terbuat dari bingkai kayu dan kasa
7. Triplek seukuran dengan alat screening

Cara pembuatan :

1. Tumbuk serabut kelapa, lalu potong-potong menjadi ukuran 1cm
2. Campur semua bahan menjadi satu dalam drum plastik
3. Diamkan selama 1 hari 1 malam
4. Adonan siap digunakan
5. Cetak diatas screening dan keluarkan semua airnya
6. Pindahkan ke triplek
7. Jemur dibawah sinar matahari kurang lebih 3 jam
8. Jika sudah kering, maka lepaskan kertas dari triplek
9. Kertas yang sudah jadi dapat digunakan sebagai media lukis atau untuk diaplikasikan sebagai pelapis penghias kotak pensil, kotak tisu, dsb.





Hasil kerajinan yang telah dilapisi hasil kertas daur ulang

Mudah kan? Selamat mencoba..

Sebenernya ikut kegiatan ini awalnya iseng. Kebetulan dapat jarkoman dari Bunda dan langsung daftar. Karena saya orangnya suka nge-bolang sendirian, cuslah hari itu sendirian berangkat dari Jakarta sekitar jam 6 pagi, dan sampai di Bogor sekiatr jam 7 an. Itu perjalanan tercepat yang saya rasakan, biasanya bisa 2 jam lamanya Jakarta-Bogor dengan kereta. Walaupun berangkat sendirian, namun selama pelatihan saya mendapat kenalan baru, yaitu Bu Nanad (senior fahutan angkatan 26), Mas Dodot (senior IPB angkatan 37 yang aktif di HA IPB), Pak Sugi (inisiator bank sampah di daerah Ciomas).

Bergeraklah selama kamu masih bisa bergerak..

No comments:

Post a Comment