CeloteHany

penulis lepas yang menyukai darat, laut, dan langit

July 10, 2014

Jepara, 5 Februari 2014

Hari ini saya diajak kak Ahmad berkeliling Kota Jepara, sebuah kota di Jawa Tengah yang tersohor akan ukiran kayunya. Pagi hari kami berangkat dari rumah sekitar pukul 08.30 wib. Kami berjalan kaki hingga jalan raya, yang kenudian dilanjutkan dengan menaikki mini bus menuju kota Jepara. Sekitar 30 menit, akhirnya kami tiba di kota Jepara, pemandangan kota tidak terlalu ramai seperti di kota-kota lainnya. Jalanan disini relative sepi dan bersih dari sampah. Perjalanan kami lajutkan kembali dnegan berjalan kaki kurang lebih 15 menit menuju perpustakaan Jepara. Sepanjang perjalanan kak Ahmad selalu saj membanggakan kebersihan tempat kelahirannya ini –“ haha.

Tujuan kami ke perpustakaan adalah untuk ber KRS an, karena memang dirumah kak Ahmad tidak ada sinyal modem, sehingga kami harus pergi ke kota untuk dapat mengakses internet, namun di perpustakaan telah tersedia fasilitas wifi, sehingga kami memanfaatkannya, hehe. Lumayan lama dan melelahkan untuk bisa sekadar login, namun tetap harus berjuang. Karena waktu telah menunujukkan solat dzuhur, kami pun menyudahi ber KRS annya, walaupun belum semua mata kuliah yang dapat saya ambil terdaftar –“

Selanjutnya kami pergi menuju masjid agung jepara untuk melaksanakan solat dzuhur. Kak Bas ditipu tukang angkot, masa yang seharusnya bayar 3000/orang malah jadi 8000/orang, haduh-haduh, haha.
Sehabis solat dan mengistirahatkan badan sejenak, kami melanjutkan perjalanan kami kali itu dengan berjalan kaki ke pendopo dan rumah R.A Kartini yang kini menjadi kantor pemerintahan Jepara. Disambut dengan arsitektur ukir khas Jepara menambah decak kagum kami kali itu dan tidak melewatkan kesempatan untuk bernasis ria, haha. Kak Ahmad pun bergaya layaknya seorang tour guide menjelaskan dengan detail sejarah-sejarah yang ada ditempat tersebut, termasuk legenda gong Senenan yang konon katanya hanya bisa dibunyikan hari Senin jam 5 pagi. Wallahu a’lam bisshowab..



Puas berkeliling pendopo, kami melewati alun-alun kota Jepara dan pergi menuju Taman Makan Pahlawan Jepara. Disana juga terdapat sebuah benteng peninggalan bangsa Portugis yang disekelilingnya terdapat makam-makam warga Jepara. Namun dibalik itu semua kami mendapatkan pemandangan yang bagus, yaitu sebuah pemandangan laut lepas jawa yang terlihat dari sana, karena memang tempat tersebut memiliki ketinggian yang lebih tinggi dari sekitarnya (sebuah bukit).

Puas melihat-lihat, kak Ahmad pun mengajak kami mengunjungi Museum R.A Kartini yang tidak jauh dari sana, dengan berjalan kaki hanya sekitar 10 menit. Harga tiket masuk sebesar 2000/orang terbilang cukup murah utnuk dapat mempelajari sejarah perjuangang sang pahlawan wanita yang gigih memperjuangkan emansipasi ini. Mulai dari ruang kerja, ruang belajar, hingga ruang pengobatan yang terdapat symbol “alif” (dalam bahasa arab) ini kami jelajahi dengan tetap mendapat penjelasan secara “gamblang” dari Kak Ahmad. Benar-benar menarik mendengar cerita yang keluar dari mulutnya. Tak lupa kami mengabadikan momen-momen di dalam museum dalam jepretan kamera *bernasis ria, haha.



Karena hari ini kak Ahmad sedang berpuasa, kami pun mengakhiri perjalanan kami kali ini. Namun sebelumnya kami sempatkan diri untuk mencicipi jajanan khas kota Jepara, “adon-adon coro”. Jajanan tersebut terbuat dari sari jahe,gula merah, santan, tepung sagu sebagai pengental, dan potongan kelapa kotak-kotak *ini menurut perkiraan saya, lain kali saya akan tanyakan ke si Mbah deh, haha. Saya memesan dalam keadaan hangat, sedangkan kak Bas memesan dalam keadaan dingin. Namun keduanya tetap nikmat disantap kala siang hari saat itu. Harga jajanan tersebut 4000 rupiah, terbilang tidak terlalu mahal, haha.

Sebelum pulang, kami melewati pasar, dan mampir ke tukang pupuk. Bapak Kohar, namanya. Beliau merupakan penjual macam-macam bibit pohon dan pupuk. Kami diajarkan banyak tentang menanam pohon. Mulai dari pohon jambu, pisang, jeruk, lengkeng, hingga melon yang baru kami tau dalam perawatan tanaman melon digunakan larutan “extrajoss” untuk penyemprotan buahnya agar hasilnya berwarna menarik dan beraroma harum. Haha, ternyata pengalaman terkadang lebih berguna dari ilmu pengetahuan. Selain mendapat pengetahuan yang berharga tentang tanaman, kami pun di oleh-olehi sebuah buah naga yang langsung dipetik dari pohonnya, wahaha.

Sesampainya dirumah kami langsung membersihkan badan, dan melaksanakan solat ashar. Saya dan kak Bas yang saat itu tidak berpuasa, makan siang terlebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan tidur hingga menjelang azan maghrib. Benar-benar melelahkan perjalanan kami hari ini , namun sangat menyenangkan :D semoga bermanfaat, aamiin..

Malam harinya, kami berpesta buah. Durian petruk! Durian manis berdaging tebal dan berbiji kecil “kempet”, kalo orang sini menyebutnya. Subhanallah, benar-benar rezeki yang tak terkira dari Allah, karena kata si Mbah dan ibu, jarang-jarang dapet yang manis kaya gitu, ditambah lagi musim durian yang hanya setahun sekali, hehe. Sehabis menikmati durian, kami pun membuka buah naga yang kami dapat tadi sore. Tak lama kemudian, tiba-tiba kak Ahmad dating membawa rambutan, yang orang sana panggil dengan sebutan “rambutan rafia”. Kalo dirumah saya namanya “rambutan ace pelat” haha.

Wah pokonya hari ini sangat menyenangkan, haha. Terima kasih Ya Allah.. J

No comments:

Post a Comment