CeloteHany

penulis lepas yang menyukai darat, laut, dan langit

November 11, 2013

Gua Gudawang


Setelah sekian lama lenyap dari dunia blog, akhirnya I’m come back :D
Walau sedikit berlebihan but enjoy it!^^

Kamis, 7 November 2013
Seperti pada pagi biasanya saya mengawali pagi ini, namun dengan semangat yang sedikit berbeda karena hari itu saya akan melakukan refreshing bersama teman-teman setelah seminggu lebih berkutat dengan ujian –“ memang tujuan utama perjalanan saya saat itu adalah untuk melanjutkan praktikum lapang mata kuliah Rekreasi Alam dan Ekowisata. Gua Gudawang yang berada di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor merupakan sebuah kompleks gua yang menyajikan berbagai bentukan alam kawasan karst, baik yang sudah dikembangkan maupun yang belum, yang bisa dimasuki dan bahkan tidak memungkinkan untuk dimasuki.

Hoaaam, ngaret. Ya, budaya ngaret kayanya emang paling susah dihilangkan –“ seharusnya pagi ini jam 8 sudah berangkat, namun karena masih menunggu yang lain dan menunggu GPS (Global Positioning System) yang bakal digunakan nanti, jadi hampir sekitar 2 jam kita nyampah di departemen. Setelah semua berkumpul dan GPS yang dinanti-nanti datang, kami memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu karena banyak yang belum sarapan saat itu. Kali ini menu nasi uduk ditambah bakwan di dekat tangga perpustakaan pun menjadi pilihan. Setelah kenyang kami pun akhirnya siap untuk berangkat. Setelah melakukan kompromi yang cukup lama untuk memutuskan dengan apa kami kesana, dan akhirnya kami memutuskan pergi kesana dengan menggunakan sepeda motor sewaan sebanyak empat buah, dan sebuah motor pinjaman. Sepuluh orang yang terdiri dari 4 cowo dan 6 cewe, akhirnya berangkat juga :) (Hany, Elsa, Siti, Dilah, Surati, Aci, Akri, Aufar, Irfan, Devid).

Diawal perjalanan, kami mengisi full semua bensin pada motor kami. Sedikit was-was karena diantara kami ada yang tidak memiliki SIM, tapi alhamdulillah perjalanan selama kurang lebih 2 jam itu berakhir dan kami pun sampai di tempat tujuan dengan selamat, walau agak sedikit pegal-pegal karena kontur jalanan yang agak “bergajluk-gakluk”. Sesampainya di lokasi kami pun beristirahat sejenak dan solat zuhur terlebih dahulu. Sebelum masuk ke dalam kawasan Gua Gudawang kami diwajibkan membayar tiket masuk dan uang parkir untuk 5 buah motor, jadi total semua yang harus kami bayar adalah Rp.50.000 (kami memutuskan tidak menyewa guide seperti pengalaman awal kami).

Setelah sebelumnya briefing, menjelaskan jalur perjalanan dan pembagian tugas. 2 GPS yang kami bawa sedikit bermasalah di awal, jadi rencana awal kami untuk membagi ke dalam dua jalur perjalanan akhirnya dibatalkan. Kami memutuskan untuk melalui jalur-jalur  tersebut bersama-sama. Jalur pertama kami, yaitu gua di dalam yang berjumlah tiga gua dan merupakan gua yang bisa dimasuki. Dengan mengingat-ingat dan sedikit insting alhamdulillah sampai juga di mulut tiga gua tersebut dan mengukur koordinatnya menggunakan GPS. Sepanjang perjalanan kami nikmati dengan mengagumi bentang alam serta lukisan Sang Pencipta yang indah walau saat itu matahari masih menyongsong dengan gagahnya di atas kepala kami.

Perjalanan tidak terasa membosankan ataupun melelahkan, saat itu. Karena sepanjang perjalanan kami saling bertukar cerita, mengenal budaya serta ciri khas daerah masing-masing. Ke-kepo-an saya muncul terhadap dua orang teman saya yang berasal dari NTT (Akri dan Devid), alhasil mereka saya wawancara habis-habisan, hehe. Topik utamanya yaitu air (sebagai sumber kehidupan). Dari mulai iklan Aqua sampai pembuatan sumur yang biasa dilakukan oleh masyarakat NTT. Ternyata pembuatan sumur disana masih sangat tradisional, tanpa alat pendeteksi keberadaan sumber air melainkan menggunakan insting oleh orang yang ahli serta penggaliannya yang bisa mencapai kedalaman 30 meter tanpa bantuan alat berat seperti pembuatan sumur di kota-kota besar.  

Setelah sampai kembali  di pintu masuk utama, kami beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan menjelajah jalur kedua (jalur luar). Karena persediaan air minum telah habis, jadi kami memutuskan singgah sejenak di sebuah warung. Di warung tersebut kami bertemu dengan warga sekitar yang sedang berbincang-bincang di warung tersebut, jadilah kami mengobrol dengan mereka sambil melepas dahaga. Keramahan mereka membuat kami betah berada disana, namun waktu berkata lain, kami harus segera melanjutkan perjalanan jalur kedua, yaitu 12 gua yang berada di kawasan luar. Keduabelas gua tersebut merupakan gua yang tidak bisa dimasuki. Lokasi gua yang berdekatan membuat perjalanan kami tidak terlalu sulit dan memakan waktu lama seperti pada jalur pertama. Cuaca semakin memburuk kala itu, dan akhirnya benar saja air langit pun turun membasahi bumi, padahal masih ada dua gua lagi yang belum kami kunjungi. Untuk menghemat waktu dan tenaga, hanya dua orang dari kami yang menuju kesana, yaitu Akri dan Irfan, sedangkan yang lainnya menunggu di sebuah warung pinggir jalan. Sambil menuggu hujan reda, kami pun mengisi perut yang mulai kelaparan dengan makan kacang dan roti. Setelah hujan reda, kami langsung kembali ke pintu utama. Sesampainya disana kami langsung solat ashar. Dan sebelum pulang, kami mengabadikan momen kebersamaan ini disebuah mulut gua :) rasanya terbayar sudah kejenuhan saat UTS ketika menghabiskan waktu bersama mereka.

Di perjalanan pulang, kami berhenti dulu di sebuah jembatan yang dibawahnya terdapat lembah perkebunan kelapa sawit. Sambil menikmati sunset, keindahan alam tersebut tidak kami lewatkan untuk foto-foto, walau sedikit alay, karena berenti sembarangan di pinggir jalan, hehe. Setelah puas, kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Karena salah satu dati kami ada yang baru saja berulang tahun (si bos Aufar), alhasil kami pun ditraktir makan baso :D . Karena hujan mulai turun, warung baso di daerah Cigudeg menjadi destinasi kami makan baso saat itu. Seperti biasa, ke-kepo-an saya muncul lagi, topik kali ini yaitu pernikahan adat. Mulai dari ala NTT, ala Padang Pariaman, sampai ala Sunda. Senang rasanya bisa mendapat pengetahuan baru. Ternyata di NTT ketika kita menikah, kita bisa mendapatkan satu kandang sapi, kain adat, dll dari si tamu undangan. Di tambah lagi rumah yang telah disiapkan untuk kedua mempelai dari pihak keluarga pengantin pria yang bisa mencapai 100 juta lengkap dengan segala perabotnya. Kebiasaan disana juga, ketika suatu saat si tamu undangan memiliki hajat yang sama, wajib bagi kita untuk mengembalikan dengan barang yang sama maupun lebih, tapi tidak boleh kurang. Selanjutnya kalo di Padang Pariaman, ada sebuah kebiasan dimana mempelai wanita lah yang membayar mahar. istilahnya si mempelai pria “dibeli” oleh si mempelai wanita. Namun hal tersebut biasanya hanya berlaku jika kedua mempelai sama-sama berasal dari daerah Padang Pariaman. Sedangkan kalo di Sunda sendiri, sama pada umumnya yang membayar mahar tetaplah mempelai pria.

Karena waktu sudah menunjukkan saatnya solat maghrib, kami pun mencari masjid terdekat. Setelah selesai kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Dan alhamdulillah sampai di IPB (depan BNI) sekitar pukul 20.00 WIB. Sesampainya disana, kami beristirahat sambil mengulang cerita dan pengalaman yang kami lalui hari itu melalui hasil jepretan-jepretan selama perjalanan. Karena di awal kami menyewa motor selama setengah hari, sayang rasanya kalo tuh motor langsung dibalikin, jadi awalnya kami berniat untuk jalan-jalan kesuatu tempat sampai pukul 22.00 WIB. Namun niat tersebut kami urungkan melihat beberapa dari kami sudah nampak lelah dan ngantuk juga ada yang sakit perut. Akhirnya setelah mengkalkulasi biaya perjalanan, kami kembali ke kosan masing-masing.
Sekian :D

Hal ini terlihat biasa walau sesungguhnya luar biasa,
Ketika mata ini masih diberi kesempatan untuk mengagumi keidahan lukisan alam
Ketika telinga ini masih diberi kesempatan mendengar kicauan burung dan gemuruh aliran air
Ketika hati ini masih diberi kesempatan untuk merajut tali kasih dengan mereka
Menikmati perjalanan alam ini... terimakasih Ya Allah :D






















3 comments:

  1. bagus ko bang, ada banyak guanya, lumayanlah buat destinasi wisata *gara-gara RAE nih hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh berarti bisa ane buat nih paket wisata ke Gua Gudawang..

      Delete