Here we go again, menikmati liburan ke pulau ngga perlu
modal besar dan persiapan banyak kok. Akhir minggu lalu saya dan rekan kerja
saya mencoba untuk melakukan traveling ke Pulau Tidung. Perispan yang kami
lakukan cukup mendesak, yaitu sekitar H-3 keberangkatan. Bermodal surfing di
dunia internet buat nyari cara menuju pulau tidung, akhirnya saya selaku ketua
kegiatan pun dapat menyelesaikan tantangan tersebut. Dengan jumlah anggota
kelompok 9 orang (Maulana, Ismail, Bambang, Amri, Ilham, Adhe, Qonita, Putri,
dan Saya) kami pun patungan per orang sebesar Rp.300.000.
Omline's Crew ki-ka : Boni, Ilham, Jack, Hany, Molen, Amri, Putri, Adhe, Qonita |
Sesuai agenda yang telah saya susun sebelumnya, kami
berkumpul di depan Masjid Al Makmur tanah abang sekitar pukul 6 pagi dengan
perlengkapan dan tentunya perut yang sudah terisi dengan sarapan pagi depan
kosan. Memang agak ngaret dari jadwal, tapi alhamdulillah bisa sampai di
Pelabuhan Kali Adem Muara Angke dengan armada Grab Car sekitar pukul 06.30 WIB.
Sesampainya di jalanan menuju pelabuhan, kami turun di tengah jalan dan
diarahkan oleh warga sekitar untuk masuk melalui jalan tembusan yang lumayan
lebih nyaman dilalui dibandingkan jalan utama yang harus melalui kebecekan
pasar pelabuhan.
Sesampainya di pelabuhan, 2 orang rekan saya membeli tiket
di loket. Harga tiket per orang menuju Pulau Tidung sebesar Rp. 50.000. Setelah
mendapat tiket, kami pun bergegas mencari kapal yang akan membawa kami ke Pulau
Tidung. Sebelum masuk ke kapal, kami harus mendata terlebih dahulu nama anggota
di catatan keberangkatan penumpang. Singkat, hanya kolom nama, jenis kelamin,
dan usia.
Akhirnya perjalanan pun dimulai. Di awal perjalanan kami
coba habiskan dengan berbincang bincang singkat, namun di tengah perjalanan
ombak laut terasa lebih kuat menggoncang seisi kapal kecil tersebut. Beberapa
teman saya memilih untuk menghabiskan waktu dengan tidur, beberapa yang lainnya
sibuk memainkan gadget maupun kamera nya. Perjalanan menuju pulau tidung
berlangsung sekitar 3 jam lamanya. Berangkat pukul 08.00 dari Muara Angke dan
tiba di Pulau Tidung pukul 11.00. Walaupun ini pertama kalinya saya dan
teman-teman ke pulau ini, kami tidak ambil pusing. Karena ada pepatah malu
bertanya sesat dijalan. Saya selaku ketua rombongan akhirnya mencoba menanyakan
kepada warga sekitar cara menuju camping ground Tidung Kecil. Kalo dari
pelabuhan, coba berjalan ke arah kanan, dan lanjutkan dengan berjalan menyusuri
jalan lurus beraspal melewati jembatan cinta. Agak jauh ternyata jika ditempuh
dengan berjalan kaki, yaitu sekitar 2 Km. Kami pun berjalan sekitar 1 jam dan
baru tiba di Pulau Tidung Kecil.
Sesampainya di pulau tersebut, kami melapor ke petugas
setempat. Bertemu dengan Mas Wildan saat itu. Setelah mengurus perizinan, kami
pun pamit untuk mendirikan tenda. Untuk bisa nge-camp di pulau ini, ngga perlu
khawatir, karena disini gratis dengan fasilitas yang cukup lengkap, yaitu kamar
mandi, mushola, warung, dan tempat nge-charge. Disini juga ada tempat penyewaan
alat snorkeling dan tentunya ada juga spot snorkelingnya ya. Sesampainya di
area camping ground kami memilih untuk beristirahat dan mengisi perut-perut
kosong terlebih dahulu ketimbang harus bersusah payah mendirikan tenda.
Ternyata mendirikan tenda buat pemula seperti kami agak membutuhkan waktu lama,
ditambah masih harus bertanya kepada orang di sekitar cara memasang frame di
bagian pintu tenda. Hasilnya pun masih belum sempurna, agak miring.
Setelah tenda selesai berdiri lumayan kokoh, kami
melanjutkan agenda selanjutnya, yaitu bersnorkeling. Bermodalkan 25ribu per
orang kami mendapat fasilitas kacamata snorkel, life jacket, dan kaki katak. Sebelumnya
saya pernah menggunakan peralatan tersebut ketika mengambil mata kuliah di FPIK
IPB, sehingga saya tidak kesulitan untuk menggunakannya. Kami menghabiskan
waktu hampir 3 jam untuk melihat-lihat salah satu tempat ciptaan Allah yang
keren, walaupun mungkin ngga seindah isi bawah laut Raja Ampat yang tersohor
itu, ya tapi lumayan terhibur juga kok dengan sekelompok ikan-ikan kecil
bercorak dan berwarna indah yang tengah berlarian diantara gugusan terumbu
karang, walaupun tidak banyak. Setelah puas, kami pun bergegas kembali ke tenda
untuk bersih diri dan solat ashar.
Selanjutnya sore hari kami lanjutkan dengan menikmati sunset
di jembatan cinta, sambil sebagian dari kami mencari menu bakar-bakaran nanti
malam. Sayangnya hari itu kami tidak menemukan penjual ikan mentah satu pun,
menurut warga sekitar saat itu memang bukan musim ikan, sehingga warga tidak
ada yang menjual ikan mentah. Tidak kehabisan ide, kami pun mencari warung
terdekat di Pualu Tidung Besar untuk membeli pasokan makan kami malam itu. Tidak
banyak, hanya 1kg telur, sebungkus cabai, garam, dan juga kartu remi.
Malam pun tiba, agenda malam itu adalah masak-masak semua
perbekalan yang kami bawa, mulai dari beras, mie, nugget, daging qurban, telur,
hingga kopi, susu, teh pun kami habiskan. Ya supaya esoknya beban yang kami
sedikit berkurang. Santap malam kala itu terasa sangat menyenangkan, bukan
karena menunya, namun karena kebersamaan dalam makan di atas alas kertas nasi
yang kami letakkan memanjang di tengah paving blok jalanan. Tanpa ragu-ragu di tengah
kegelapan yang hanya ditemani cahaya bulan ditambah sorot cahaya lampu senter
di hp kami pun melahap semua makanan yang terhidang, tanpa ada bekas sedikit
pun.
Alhamdulillah kenyang, karena jarang-jarang bisa menikmati
acara seperti ini, beberapa dari kami memutuskan untuk bermain kartu remi,
termasuk saya. Sialnya permainan cangkul yang termasuk permainan mudah bagi
semua orang terasa sulit bagi saya. Empat kali berturut-turut saya kalah dalam
permainan tersebut. Hukuman yang saya terima pun mulai dari jongkok, berdiri
setengah, berdiri, hingga berdiri dengan satu kaki pun saya telah rasakan. Entah,
mungkin itu hukuman dari Allah karena melakukan perbuatan yang sia-sia
(*astaghfirullah).
Puas bermain kartu, rasanya saat itu hampir pukul 2 pagi,
kami pun beranjak tidur menuju tenda masing-masing. Pagi hari nya kami pun
terbangun sekitar pukul 5 pagi. Seusai solat subuh, kami pun memasak sisa bahan
makanan untuk sarapan pagi, yaitu dengan telur dan mie, serta segelas dua gelas
kopi pun menjadi teman kami menikmati pagi hari di pulau kala itu. Seusai sarapan,
sekitar pukul 8 pagi kami berkemas merapikan semua barang dan membuang sampah
pada tempat yang telah disediakan. Setelah berpamitan kepada Mas Wildan dan
mengambil KTP yang kemarin dijadikan jaminan. Dan kami pun baru tahu ternyata
di pulau tersebut terdapat tempat konservasi penyu juga museum paus yang belum
sempat kami kunjungi. Nah buat kalian yang mau ke sini, nanti coba ke tempat
ini ya.
Seusai berpamitan, kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau
Tudung Besar. Agenda selanjutnya adalah bermain banana boat. Di sana terdapat 2
jenis banana boat yang bisa kami nikmati, yang pertama bentuknya benar seperti
pisang sedang yang satunya berbentuk bulatan. Karena penasaran, kami pun
mencoba keduanya, dengan merogoh kocek sebesar 50ribu kami dapat merasakan 2
jenis permainan tersebut dengan 2 kali dijatuhkan di tengah lautan. Seru banget
buat menguji adrenalin. Selepas bermain banana boat kami pun mencoba untuk
bermain air di jembatan cinta. Ada satu spot menarik, yaitu lompat dari
jembatan cinta yang tingginya sekitar 8 meter. Cukup mencekam memang, tapi rasa
penasaran yang membuncah tidak dapat menghentikan saya untuk mencoba 2 kali
meloncat dari atas jembatan. Di awal memang membutuhkan nyali yang tinggi, tapi
seru banget rasanya, terlebih buat saya yang jarang melihat laut (*maklum orang
Bogor).
Puas bermain air, sampai salah satu dari kami ada yang
cidera akibat tergores karang di bagian kakinya, kami pun menghentikan
permainan dan bergegas membersihkan diri. Kami pun pergi menuju pelabuhan
sekitar pukul 10.30 dan sampai di pelabuhan pukul 11. Langsung saja memesan
tiket kapal menuju Muara Angke, ternyata harga tiket pulang lebih murah, yaitu
45ribu per orang, dibandingkan tiket berangkat, yaitu 50ribu per orang. Lama perjalanan
pun sama, yaitu sekitar 3 jam. Saat perjalanan pulang kami kebagian tempat
duduk di bagian dek bawah yang ada kursinya. Karena sangat lelah saya tertidur
pulas hingga tiba kembali di Muara Angke, padahal menurut rekan saya ombak
terasa lebih kencang ketika pulang dan mereka pun ngga bisa tidur dengan
nyenyak seperti saya.
Kapal bersandar kapten!
Bersandar sudah, tapi untuk bisa sampai ke daratan, kami
membutuhkan usaha melewati sekitar 3 kapal yang sama-sama bersandar. Ditambah berdesak-desakkan,
kami pun agak kesulitan kala itu. Tapi akhirnya berhasil juga sampai di
daratan. Kami memilih untuk beristirahat sejenak sambil menikmati jajanan di
sekitar pelabuhan. Mulai dari buah segar, es lilin, hingga tahu gejrot pun jadi
pengganjal perut yang belum sempat di isi makan siang ini. Seusai itu, kami
segera mencari angkutan umum untuk dapat kembali ke peradaban kami. Dan perjalanan
pun berakhir disini. Terima kasih kepada semua rekan yang telah berpartisipasi
dalam jalan-jalan kali ini, Happy Holiday dan back to reality!